Rabu, 20 November 2019

Kasih

Rabu,  20 Nopember 2019
Dirimu yang terbesit dalam ruang doa ku



Raut wajah itu membuat penaku bergetar
Ku cari maknanya setengah sadar
Kasih...... 
Sungguh ini nyata... 
Secarik kertas terlihat hitam penuh coretan
Susunan kata abstrak isyaratkan perasaan
Berbaris rapi rata kiri.. 
Kasih...... 
Sungguh kau inspirasi terunik
Melihatmu...  Tanganku bergerak tanpa motorik
Kertas polos lebih menarik, karena kedatanganmu begitu asyik
Kasih...... 
Kehadiranmu buatku bangkrut
Membuatku boros, 
Bagaimana tidak?  Setiap melihatmu penaku bergerak, 
Mencoret-coret kertas polos itu
Kasih...... 
Tolong hentikan senyumu!!! 
Kasihani aku, 
Cepat kau pergi, 
Otak ini tak tahan lagi
Sadarku tergeser pelan oleh sosokmu dengan pasti. 

Oleh; Ma'rifudin

Jumat, 11 Oktober 2019

Rintihan Keadaan



Langkah kaki perlahan cepat
Detak jantung tak terhitung
Ku Dobrak atau ku ketuk
Pintu-pintu keramat manusia bumi
Emosi ini sudah memuncak
Melihat aturan yang semena-mena
Tapi,  apalah daya...
Raga ini masih di dasar,  beda kelas dengan sang kaisar
Sssstt itu suara siapa??
Suara sayup terlunta-lunta
Suara itu semakin keras Meronta-ronta
Membuat perih gendang telinga
Itukah suara para jelata??, gerak dikit kena denda
Pantas mereka meronta-ronta...
Menuntut keadilan sang penguasa
Penguasa??  Iya itu penguasa
Sutradara ulung di balik jendela tahta
Bersembunyi, mengatur bagai tak berdosa
He  penguasa,  kami ini jelata yang punya rasa
Jangan semena-mena dan besar kepala

Kamis, 05 September 2019

Pesona


Jum'at,  06 September 2019
Alam. 


Gunung tertutup awan di pagi hari
Tersembunyi lampu pijar kelip-kelip
Berjejer rapi bak semut ngantri nasi
Berbaris-baris mirip paskibraka
Sejuk angin menabrak suasana
Sopan menyapa depan muka
Tuhan,  ciptaan-Mu memang tiada tara
Sungguh sempurna tanpa cela
Burung-burung riang bernyanyi
Ikut menari di pagi hari
Suasana ini sungguh membuatku kagum pada ciptaanmu ya Ilahi.

Kamis, 22 Agustus 2019

Sebagian Sifat Manusia

Kamis,  22 Agustus 2019

 Pesan untuk semua yang peduli. 


Bumi,  Dunia,  Jagad jadi istilah tempat manusia, 
Indah,  Sejuk, Subur nan nyaman,  
Semua itu istilah dulu atau dongeng sebelum tidur, 
Kini Cakrawala menjerit-jerit, 
Mengamuk,  marah akan ulah manusia, 
Manusia berulah semakin hari semakin jadi, 
Rumpun hijau dirubah jadi metropolitan, 
Pohon-pohon ditumbangkan liar demi uang, kekayaan dan kawan-kawan, 
Gunung digusur,  diratakan supaya pertokoan bisa didirikan, 
Sawah,  ladang beralih fungsi jadi perkantoran, 
Lagi-lagi semua itu demi uang, uang,  dan uang, 
Ikan di sungai mati,  terdesak oleh sampah manusia tak bertanggung jawab, 
Wahai manusia,  
Hentikan semua keserakahanmu!! Hentikan!! 
Wahai manusia, 
Bagaimana nasib anak cucumu kelak?? 
Apakah mereka akan bahagia dan tenang hanya dengan uang dan kekayaan?? 
Wahai manusia, 
Semua butuh uang,  tapi harus paham aturan, 
Tahta memang membuatmu digdaya, 
Tapi ingat semua itu bukan yang utama, 
Wahai manusia, 
Rasa puas yang terus kau cari-cari, 
Semakin lama takkan pernah terpenuhi, 
Harta yang terus kau kumpulkan, 
Takkan jadi jaminan kebahagiaan, 
Wahai manusia, 
Mari akhiri keserakahan ini!! 
Demi penerus-penerus kita nanti, 
Instrospeksi diri jadi koreksi, 
Syukur nikmat agar selamat. 

Oleh; Ma'rifudin

Rabu, 03 Juli 2019

STMJ

Kamis, 04 Juli 2019


Dingin malam menusuk-nusuk
Tak terasa sampai ke rusuk
Relung hati terketuk-ketuk
Bergetar,...
Hingga terdengar dag dig dug
Lengang ruang kosong tanpa senter
Begitu gelap bak ruang teater
Hee, jaga komitmen atau sudah minder??
Saat langkah ingin memulai
Gejolak jiwa menahan diri
Ku akui...
Rasa berani perlahan menipis dan terkikis
Celah yang terbuka, tertutup lagi oleh sang luka
Seribu rencanapun hanya jadi wacana
Mengapa?? Kenapa?? Bagaimana??
Kebingungan begitu melanda
Mengalir ke otak, ke hati hingga seluruh jiwa raga
Tuhan,..
Inikah teguran-Mu untukku??
Teguran atas apa yang aku lakukan dulu
Tuhan,...
Izinkan pintu itu terbuka lagi
Terbuka dengan kunci yang engkau ridoi

Oleh; Ma'rifudin



Rabu, 29 Mei 2019

Cantik

Kamis, 30 Mei 2019
Bukan raga tapi jiwa
Oleh; Ma'rifudin

Cantik...
Bukan paras bukan fisik
Bukan khayal bukan retorik
Cantik...
Bukan karna bedak atau lipstik
Bukan pula karna barang mahal atau brandit
Cantik...
Bukan sebab harta apalagi tahta
Bukan pula sebab kain apalagi celana
Cantik...
Nilai laku bukan suku
Nilai hati bukan analogi
Cantik...
Nampak hakiki tanpa bumbu materi
Berlaku sejati kalau tak pakek arloji
Cantik...
Anugrah Tuhan pada sang bidadari
Yang tak dapat dipungkiri, jadi idaman para lelaki.

Jumat, 24 Mei 2019

Pagi

Sabtu, 25 Mei 2019
Ekspresi diri dalam dinginnya sepoi angin pagi,
oleh: Ma'rifudin


Hempasan angin menabrak muka
Dingin izinkan aku bercerita
Senyum sang pagi terlihat nyata
jujur, setia dalam memberi asa
pagi...
Di timur hilir mudik angin sepoi-sepoi
di barat merdu suara orang mengaji
di utara suara jangkrik terulang berkali-kali
di selatan kemricik syahdu air sungai
pagi...
Waktu suci mengawali hari
ibadah dhuha pembuka rizki
bersama mentari di atas bumi pertiwi
tetes embun perlahan pasti
membasahi tanah dengan rapi
tanpa ragu tanpa emosi
kawan...
indah nian ciptaan Tuhan
Maha besar Tuhan telah menciptakan
langit bumi dan kawan-kawan
masihkah kita akan ingkar??
dengan ke-agungan Tuhan yang amat besar
akankah kita tetap sombong diri??
tanpa rasa syukur dalam hati

Rabu, 15 Mei 2019

Sekelumit Rasa

Kamis, 16 Mei 2019
Teruntuk yang manisnya seperti kue lapis.
oleh: Ma'rifudin

Senjaku terhalang parasmu
tak semua, tapi menenggelamkan
matamu yang berbinar gambarkan ketulusan
mulutmu terbuka tipis buatku gemetar
duh, gadis manis berkacamata
wajahmu antik tapi cantik
buatku melirik tanpa kedip
duh, gadis manis berkacamata
tumpukkan garis hampir tak  terbaca
begitu samar penuh makna
tertutup rapat tanpa cela
terus memutar dalam logika
pelan, tapi ber-irama
terbersit tanya dalam jiwa, ini pertanda apa?

Kamis, 09 Mei 2019

Sebaris Do'a

Kamis, 09 Mei 2019


Sulit untuk mengawali goresan ini
Endapan rasa malas semakin tebal
Pekat tak terlihat
Cahaya inspirasi tertutup rapat
Kadang hitam, kadang putih
Satu warna mendominasi pandangan mata
Kehampaanpun datang tanpa surat undangan
Tuhan,
Apakah ini hukuman untukku??
Hukuman untuk kelalaianku
Hukuman atas sikapku yang meremehkmu
Hukuman atas sikapku yang meniadakanmu
Ya Alloh,
Masih pantaskah aku mengaku jadi hamba-Mu??
Masih pantaskah aku menginjak dunia-Mu??
Ya Alloh,
Ratusan, ribuan, jutaan, bahkan milyaran dosa telah aku lakukan
Masih pantaskah aku meminta pada-Mu Ya Alloh??
Masih pantaskah manusia berlumur dosa ini datang ke Rumah-Mu Ya Alloh??
Ya Alloh,
Ijinkan mahluk-Mu ini memohon ampunan
Ampunan atas kelakuan, perbuatan yang tidak sesuai tuntunan Al-Qur'an
Ya Alloh yang maha Pengasih
Kasihilah aku Ya Alloh
Hanya kepada-Mulah tempatku memanjatkan do'a
Hanya kepada-Mulah tempatku mengeluh
Ya Alloh
Ya Alloh Ya Robbi
Hanya kepada-Mulah sebaik-baiknya tempat kembali


Oleh; Ma'rifudin

Kamis, 25 April 2019

Sujudku


Jum'at, 26 April 2019


Kepada-Mu aku bersujud
Kepada-Mu aku menengadahkan tangan
Dengan segala kerendahan,
Dengan segala kemunafikanku, terimalah sujudku Ya Robbi
Terimalah sujud disetiap waktu wajibku
Waktu wajib yang kadang olor-olor
Waktu wajib yang sering untuk dunia, untuk harta, bukan untukmu Ya Robbi
Jika sujudku masih jasad,
Masih pantaskah aku memanjatkan do'a??
Jika jiwaku masih berkeliaran,
Masih pantaskah aku memohon ampunan??
Terimalah sujudku Ya Robbi
Terimalah sujud kepala sombongku
Kepala berwatak congkak, yang merangkak dalam digdaya
Hanya mengedepankan gaya tanpa makna
Terimalah sujudku Ya Ghaffar
Sujud atas dosa-dosaku
Terimalah sujudku Ya Robbi
Sujud hati ingin kembali
Kembali menata diri, memantaskan hati
Untuk menghadapmu Ya Ilahi Robbi


Oleh; Ma'rifudin





Rabu, 17 April 2019

Tulangku

Kamis, 18 April 2018




Kehadiranmu sebuah anugrah dari Tuhan
Cantikmu sebuah keajaiban
Mengenalmu jadi nikmat yang tak terlupakan
Melupakanmu merupakan kemustahilan


Oleh ; Ma'rifudin

Rabu, 10 April 2019

Pak Tani

Kamis, 11 April 2019


Gerimis pagi membasahi tanah
Senyum pak tani terlihat sumringah
Diraih pacul dengan yakin penuh, dipanggulnya dengan rasa teguh
Dipakainya capil bambu, bentuk kerucut lapis bulu
Beralaskan sepatu butut, pak tani melangkah maju
Langkah renta tapi tak ragu,
Menuju padang mewah bernama sawah.
Kicau burung menyambut mesra,
Kedatangan pak tani dan bekalnya.
Alam terasa sangat ramah, menyambut pak tani suka cita
Dengan syukur pak tani meneguk air yang dibawa
Terasa segar bak disurga.
Tanpa ragu pacul dihempaskan ke tanah yang basah
Tempat padi bertempat tinggal
Padi yang akan menjadi lantaran kehidupan, bagi pak tani dan semua tanggungan
Ooo, sungguh sabar dan ikhlas kerja pak tani
Setiap hari dinas tapi tak pasti dapat gaji.
Setiap hari berpeluh dengan keringat, tapi tak meruntuhkan semangat
Penantian pak tani tak bisa diukur dengan materi,
Hari ini padi ditanam 3-4 bulan kedepan baru bisa dimakan
Pak tani merawat padinya penuh keikhlasan
Dipupuk, dicabuti rumput-rumput liar yang tak diundang
Sungguh ketekunan tanpa keluh tersirat dalam pikiran
Lantas,
Dalam perjalanan panjang itu timbul pertanyaan.
Bagaimana pak tani memenuhi segala kebutuhan??
Disini kuasa Tuhan diperlihatkan, alam raya jadi perantara pemenuhan
Tuhan dengan segala kuasanya memerintahkan alam untuk memenuhi kebutuhan
Bukan hanya pak tani, tapi semua manusia yang membutuhkan
Pak tani tak memikirkan berapa yang ia dapatkan,
Pak tani hanya memikirkan keluarganya bisa tenang, dalam menjalani guncangan kehidupan
Ooo, pak tani semoga sabarmu terbayar
Ooo, pak tani ketelatenanmu kunci untuk membuka masa depan
Untuk keluargamu dan orang-orang sekelilingmu.
Pak tani bukan pejabat atau artis bermobil mewah
Pak tani adalah atlit sawah yang sederhana dan terarah.



Oleh; Ma'rifudin

Rabu, 03 April 2019

Kenyataan

Kamis, 04 April 2019


Segunung emas di balik bebatuan
Manusia hidup penuh pengharapan
Mengaharap harta dan kemewahan
Yang berpuncak pada kemapanan
Berbagai carapun dilakukan
Tak peduli kawan ataupun lawan
Badai kencang tak jadi halangan
Merampokpun kau terjang
Agar keluargamu tetap bisa makan
Semangatmu patut jadi panutan
Tapi, caramu tak beraturan
Memang hidup perlu uang
Kebutuhan jadi tuntutan
Agar tetap eksis ditengah kemajuan
Tak tertinggal perkembangan zaman
Ada sebuah catatan,
Beribu orang menjadikan uang sebagai tujuan
Terlena kemewahan dan kemapanan
Hingga keberadaan Tuhan diabaikan
Sungguh miris kenyataan ini kawan
Apakah ini salah satu tanda akhir zaman??
Yang akan meluluhlantahkan kehidupan.


Oleh; Ma'rifudin

Rabu, 27 Maret 2019

Angan Terpendam


Kamis, 28 Maret 2019


Untaian kata yang belum sanggup terucap
Sinar surya tak menembus awan
Wajahmu yang selalu terbayang
Anganku dikekang oleh pesonamu
Teratur menyimpan namamu
Uraian bait ini menjadi bukti
Nihilnya keberanian hati
Keinginan hati untuk memiliki
Hanya keinginan yang terkunci
Angin berhembus kencang
Syaraf-syarafku tak bisa tenang
Ada rasa yang tertahan
Nampak jelas dalam angan-angan
Angan-angan yang akan terus kusimpan
Hingga nanti aku punya keberanian


Oleh; Ma'rifudin

Jumat, 22 Maret 2019

Teman Karet Usang



Jum'at, 22 Maret 2019


Semakin tipis dan usang penampilanmu
Entah berapa lama di kakiku
Nampak nyata pengabdianmu
Duri, tembaga pernah menembus kelembutanmu
Angkernya jalan kau lalui
Lembut dan kasarnya tanah kau jumpai
Jangankan uang
Emas kiloanpun tak dapat menggantimu
Perasaan gundah melandaku
Inginku tetap bersamamu, untuk mengarungi kerasnya lautan kehidupan
Tapi, pelan-pelan aku sadar
Kebersamaan kita pasti akan pudar
Akan tertelan kejamnya pembaharuan
Rela, tersirat dalam ungkapan
Emosi menggebu tak tertahan, tak terelakkan
Tuk melepasmu teman seperjuangan

Rabu, 13 Maret 2019

Pesonamu


Kamis, 14 Maret 2019


Sepoi angin menembus kulit
Jantung berdetak tak berjarak
Angan melayang tak tertahan
Mata berbinar kalahkan bohlam
Langkah berputar sangat cepat
Daya magnetmu menang telak
Tubuhku tak dapat menolak
Kudatangimu dengan kaku
Kupaksakan beraniku...
Tuk mengenal siapa dirimu...


Oleh; Ma'rifudin

Minggu, 03 Maret 2019

Alur Rasa Penuh Makna


Minggu, 03 Maret 2019

     Rasa adalah salah satu karunia Tuhan yang tak terhingga nikmatnya untuk makhluk-Nya. Setiap orang pasti punya rasa, entah itu senang, sedih, malu dan kawan-kawanya. Sebuah anugrah yang bisa dikendalikan dengan akal yang diimbangi dengan hati.
    Ada istilah "tanpa rasa hidup kurang bermakna", saya setuju dengan istilah tersebut dengan fakta yang berlaku di alur cerita hidup saya. Bayangkan saja!! Tanpa sebuah rasa, hidup pasti terasa hambar seperti nasi goreng tanpa garam. Hidup berwarna dengan rasa, walaupun terkadang warna hitam yang dominan, itu wajar karena hidup tidak mungkin selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Bersyukur dan kembalikan semua pada Tuhan, serta yakin bahwa semua itu adalah jalan terbaik yang diberikan Tuhan untuk kita.
     Perjalan cerita yang coba kususun berbalik arah dengan keinginanku, kuarahkan ke kanan malah belok ke kiri, ku tetap bertahan malah lari tanpa menoleh ke belakang. Syahdu tanpa lampu, senang tanpa keinginan, bahagia tanpa gula, kecewa sudah biasa. Semua itu hanya secuil dari lingkaran perjalanan cerita hidupku, secuil kalimat alay yang ku goreskan untuk mewarnai lukisan pena hitam. 
      Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Kalimat itu menjadi salah satu prinsip dalam alur ceritaku. Bukan sekarang mungkin nanti, bukan dia mungkin temanya, bukan cinta tapi rasa, bukan mendapatkan tapi mendo'akan, akan terasa indah daripada teater kolosal. Satu kata yang selalu menutup bagian-bagian ceritaku yaitu "Ikhlaskan". Ya ikhlaskan, belum saatnya dan juga belum waktunya. Syukuri lan nikmati, yen tinikmati mesti bathi.


Oleh; Ma'rifudin