Minggu, 05 Agustus 2018

Selimut dari Secarik Kertas


Dongko, 05 Agustus 2018.
       Di sebuah desa terpencil yang berada di pinggir Kota, ada seorang remaja yang hidup serba kekurangan. Berkah itulah namanya, Ia hidup sebatang kara. Sejak lahir sudah ditinggal ibunya yang meninggal karena melahirkanya. Dia dibesarkan oleh ayahnya yang waktu itu sudah dalam keadaan sakit-sakitan. Pada saat berumur 15 tahun ia sudah menjadi yatim piatu, sang ayah meninggal akibat sakit yang dideritanya.
       Sejak saat itu ia berjuang untuk hidup sendirian dengan mengumpulkan sampah (pemulung). Tapi ada sesuatu yang keren dan luar biasa pada dirinya, walaupun Berkah adalah seorang pemulung dia adalah anak yang rajin belajar. Saat memungut sampah ia selalu mencari tulisan di koran, tabloid, brosur dan sebagainya. Tulisan-tulisan itu dia baca langsung dan ada juga yang dibawa pulang. 
       Berkah terus mengulang kebiasaannya itu sampai suatu saat dia menemukan sebuah buku sastra yang berisi berbagai puisi dan pantun. Berkah tak habis pikir kenapa buku sebagus itu dibuang di tempat sampah (sambil geleng-geleng kepala). Buku itupun dibawa pulang ke rumah. Setiapa hari dia membacanya, lama kelamaan Berkah mulai menyukai puisi dan juga pantun. Bahkan dia menyisihkan sebagian uang hasil memulungnya untuk membeli buku sastra puisi dan pantun.
       Minggu pagi seperti biasa Berkah memulai aktifitas memulungnya, tak sengaja ia menemukan selembar kertas yang ternyata adalah brosur lomba cipta puisi. Lomba yang diadakan oleh perkumpulan pemuda di daerahnya itu menarik semangatnya untuk mengikuti perlombaan itu. Sambil merenung Berkah bergumam "apakah ini jalan untuk menyalurkan hobi membacaku?". Tanpa pikir panjang ia segera menyelesaikan pekerjaanya dan segera pulang ke rumah untuk mencoba membuat puisi dan mngikuti lomba itu.
       Semalaman Berkah berfikir mencari tema untuk puisinya. Tiba-tiba dia teringat orangtuanya, seperti tak sadar ia terus menulis tentang kedua orangtuanya. Jadilah puisi pertama yang ia ciptakan. Puisi tersebut diikutkan dalam lomba cipta puisi yang berada di brosur yang temukan pada hari minggu kemarin. 
       Hasil yang memuaskan didapatkan oleh Berkah, dia berhasil menyabet juara 3 dalam lomba itu. Atas pencapaian itu berkah semakin rajin membaca, setiap ada lomba cipta puisi dia ikuti. Keadaan ekonominyapun mulai membaik karena sering dapat juara dalam kompetisi lomba cipta puisi. Yang dulunya tidur hanya di atas kardus dan berselimutkan kertas koran sekarang sudah pakek kasur dan selimut hangat yang ia beli dari hadiah juara lomba cipta puisi. 
"Kalau kita mau berdo'a dan tidak malu untuk terus berusaha, tidak ada hal yang tidak mungkin".

Oleh: Ma'rifudin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar